Selamat Datang!

Salam Blog ini berisi pengalaman atau perjalanan dimana kami terlibat atau ikut serta ketika ada acara di kantor atau acara sekitar keluarga. Hanya berbagai saja, barang kali ada manfaatnya bagi pembaca. Trimakasih GBU

Wednesday, October 08, 2014

Spiritualitas Juru Penerang

Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)

Sumber:  http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

Spiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

hSpiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

Spiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

Spiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

Spiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

my photos


A part of my family

A part of my family