Untuk kali pertama, Dirjen Bimas
Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam
lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah
Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan
Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA
Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8,
dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.
Ketua panitia, Pormadi Simbolon,
mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam
merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok
penyuluhan.
Sedangkan Kabid Urais, mewakili
Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya
mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para
penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator
yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge,
skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.
Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat,
RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia.
“Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba
masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode
pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun
luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga
dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya
kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.
Sedangkan Eusebius memaparkan
tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga
negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis
karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri
Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena
rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke
tengah masyarakat.
“Sebagai nabi, kita harus
menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah
gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan
dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke
surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek
yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen
dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh
umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang
diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI
2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus
mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”
Sumber: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang
HIDUPKATOLIK.com
- Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri
Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.
Untuk
kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan
kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka
dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar:
Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado.
Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar.
Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8,
dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.
Ketua
panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk
mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.
Sedangkan
Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi
Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama
adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi
informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi
negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.
Sementara
itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi
tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data
situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk
mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni
menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan
paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga
dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang
punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.
Sedangkan
Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100%
Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan
tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang
sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam,
raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh
karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.
“Sebagai
nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam
zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas
pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai
para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya
sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di
depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin
orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen
adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat
menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000.
Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita
harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”
Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpufSpiritualitas Juru Penerang
Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
[Anton Ranteallo]
Dirjen
Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil
Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
Artikel Lainnya
HIDUPKATOLIK.com
- Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri
Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.
Untuk
kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan
kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka
dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar:
Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado.
Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar.
Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8,
dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.
Ketua
panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk
mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.
Sedangkan
Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi
Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama
adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi
informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi
negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.
Sementara
itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi
tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data
situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk
mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni
menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan
paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga
dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang
punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.
Sedangkan
Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100%
Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan
tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang
sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam,
raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh
karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.
“Sebagai
nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam
zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas
pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai
para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya
sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di
depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin
orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen
adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat
menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000.
Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita
harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”
Anton Ranteallo (Mamuju)
hSpiritualitas Juru Penerang
Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
[Anton Ranteallo]
Dirjen
Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil
Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
Artikel Lainnya
HIDUPKATOLIK.com
- Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri
Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.
Untuk
kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan
kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka
dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar:
Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado.
Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar.
Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8,
dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.
Ketua
panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk
mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.
Sedangkan
Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi
Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama
adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi
informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi
negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.
Sementara
itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi
tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data
situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk
mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni
menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan
paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga
dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang
punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.
Sedangkan
Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100%
Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan
tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang
sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam,
raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh
karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.
“Sebagai
nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam
zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas
pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai
para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya
sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di
depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin
orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen
adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat
menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000.
Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita
harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”
Anton Ranteallo (Mamuju)
Spiritualitas Juru Penerang
Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
[Anton Ranteallo]
Dirjen
Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil
Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
Artikel Lainnya
HIDUPKATOLIK.com
- Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri
Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.
Untuk
kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan
kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka
dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar:
Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado.
Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar.
Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8,
dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.
Ketua
panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk
mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.
Sedangkan
Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi
Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama
adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi
informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi
negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.
Sementara
itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi
tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data
situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk
mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni
menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan
paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga
dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang
punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.
Sedangkan
Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100%
Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan
tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang
sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam,
raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh
karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.
“Sebagai
nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam
zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas
pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai
para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya
sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di
depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin
orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen
adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat
menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000.
Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita
harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”
Anton Ranteallo (Mamuju)
Spiritualitas Juru Penerang
Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
[Anton Ranteallo]
Dirjen
Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil
Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
Artikel Lainnya
HIDUPKATOLIK.com
- Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri
Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.
Untuk
kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan
kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka
dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar:
Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado.
Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar.
Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8,
dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.
Ketua
panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk
mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.
Sedangkan
Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi
Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama
adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi
informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi
negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.
Sementara
itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi
tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data
situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk
mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni
menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan
paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga
dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang
punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.
Sedangkan
Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100%
Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan
tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang
sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam,
raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh
karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.
“Sebagai
nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam
zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas
pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai
para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya
sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di
depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin
orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen
adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat
menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000.
Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita
harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”
Anton Ranteallo (Mamuju)
Spiritualitas Juru Penerang
Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
[Anton Ranteallo]
Dirjen
Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil
Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
Artikel Lainnya
HIDUPKATOLIK.com
- Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri
Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.
Untuk
kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan
kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka
dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar:
Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado.
Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar.
Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8,
dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.
Ketua
panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk
mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.
Sedangkan
Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi
Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama
adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi
informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi
negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.
Sementara
itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi
tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data
situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk
mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni
menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan
paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga
dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang
punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.
Sedangkan
Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100%
Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan
tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang
sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam,
raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh
karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.
“Sebagai
nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam
zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas
pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai
para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya
sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di
depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin
orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen
adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat
menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000.
Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita
harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”
Anton Ranteallo (Mamuju)