Selamat Datang!

Salam Blog ini berisi pengalaman atau perjalanan dimana kami terlibat atau ikut serta ketika ada acara di kantor atau acara sekitar keluarga. Hanya berbagai saja, barang kali ada manfaatnya bagi pembaca. Trimakasih GBU

Wednesday, December 03, 2014

Sulit dan Mahalnya Data Valid

Kata pakar perencanaan, data akurat, valid dan akuntabel amat mendukung untuk perencanaan program, pengambilan keputusan dan kebijakan oleh pimpinan. Hal itu bisa diterima semua.

Itu berarti, perencanaan tanpa berbasis data tidak efektif, malahan bisa jadi pemborosan, persoalannya mengumpulkan data akurat, valid dan akuntabel membutuhkan biaya mahal.


Jika pimpinan selalu meminta data akurat, valid dan akuntabel, tetapi tidak difasilitasi, itu namanya "omdo" alias omong doang. Sudah selayaknya disediakan anggaran yang cukup, aparatur yang kompeten dan sarana memadai, agar data akurat, valid dan akuntabel dapat dihimpun, diolah dan disajikan. Semoga
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, October 08, 2014

Spiritualitas Juru Penerang

Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)

Sumber:  http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

Spiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

hSpiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

Spiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

Spiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

Spiritualitas Juru Penerang

Senin, 22 September 2014 17:07 WIB
Spiritualitas Juru Penerang
[Anton Ranteallo]
Dirjen Bimas Katolik RI Eusebius Bensasi bersalaman dengan Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat, disaksikan Pembimas Katolik Kemenag.
HIDUPKATOLIK.com - Juru Penerang (Jupen) diharapkan dapat menyemangati spiritualitas Tri Munera Christi yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat Baptisan.

Untuk kali pertama, Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Bensasi, melakukan kunjungan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam lawatannya, ia bertatap muka dengan para Juru Penerang (Jupen) di wilayah Provinsi Gerejawi Makassar: Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, dan Keuskupan Manado. Hadir juga, tokoh umat Katolik Kevikepan Sulawesi Barat, KA Makassar. Acara berlangsung di d’Maleo Hotel, Mamuju, Selasa-Jumat, 26-29/8, dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik Fransiskus Endang.

Ketua panitia, Pormadi Simbolon, mengatakan, acara ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan para Jupen dalam merancang materi penyuluhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok penyuluhan.

Sedangkan Kabid Urais, mewakili Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Mufli BF, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa penyuluh agama adalah jari-jari Kementerian Agama. Para penyuluh agama juga menjadi informan dalam hal agama, konsultator, edukator yang advokatif bagi negara. Ia berharap agar para Jupen memiliki knowledge, skill, dan attitude dalam menanggulangi dekadensi moral.

Sementara itu, Vikep Sulawesi Barat, RD Martinus Pasomba, memaparkan materi tantangan pastoral Gereja Indonesia. “Berpastoral harus berdasarkan data situasi konkret. Dari situ muncullah rimba masalah,” katanya. Untuk mengatasinya, ia memberikan solusi dengan tiga metode pastoral, yakni menginventaris masalah, melihat tantangan dari dalam maupun luar, dan paduan keduanya. Selain itu, Jupen diharapkan juga memperhatikan tiga dimensi cara berpastoral, yakni subyek yang beriman teguh, pribadi yang punya kasih besar, dan berhati penuh harap terus-menerus.

Sedangkan Eusebius memaparkan tentang visi-misi Ditjen Bimas Katolik, yaitu 100% Katolik dan 100% warga negara. Menurutnya, pembinaan Jupen dan pertemuan tokoh agama beda-beda tipis karena sama-sama melaksanakan tugas yang sama. Ia juga menjelaskan tentang Tri Munera Christi (nabi, imam, raja) yang menjadi tugas seluruh umat karena rahmat baptisan. Oleh karena rahmat itu, umat mendapat tugas membawanya ke tengah masyarakat.

“Sebagai nabi, kita harus menceritakan tentang Yesus kepada orang lain dalam zaman yang susah-susah gampang,” tuturnya. Sebagai imam, yakni tugas pengudusan, Eusebius mengatakan dengan dibumbui canda: “Jangan sampai para guru hanya mengantar anak-anak ke surga tapi gurunya sendiri hanya sampai di depan pintu. Seperti tukang ojek yang mengatar penumpang di depan rumahnya.” Sedangkan sebagai raja, Jupen dipanggil untuk memimpin orang lain menjadi lebih baik. Menurut Eusebius, tokoh umat dan Jupen adalah pemimpin umat dalam kelompok basis gerejani yang diharapkan dapat menjadi teladan seperti yang telah didengungkan dalam SAGKI 2000. Tetapi, ia juga mengingatkan, “Di atas semuanya itu pertama-tama kita harus mampu memimpin diri sendiri, baru orang lain.”

Anton Ranteallo (Mamuju)
- See more at: http://www.hidupkatolik.com/2014/09/23/spiritualitas-juru-penerang#sthash.FzoDzdTh.dpuf

Thursday, June 26, 2014

Menjadi Agen Informasi

Para Penghubung Informasi tingkat Eselon II, Kemenag RI diundang berkumpul untuk menselaraskan pelaksanaan tugas bersama sebagai liaison offiicer di Kantor Kemenag, Jl Lapangan Banteng Barat (24/6).

Pertemuan ini diselenggarakan oleh Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat sebagai leading sectornya agar pelayanan informasi lebih cepat dan akurat kepada masyarakat.

Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kemenag RI, Zubaidi, menegaskan para Penghubung Informasi adalah agen informasi baik ke dalam Kementerian, maupun dari luar . Keberadaan para penghubung informasi ini menjadikan sirkulasi informasi pelayanan publik dari Kementerian Agama tentang hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan baik ke dalam maupun ke luar kementerian menjadi lebih cepat, akurat, kredibel.

Kapus Pinmas juga mengatakan tugas ini akan berhasil baik bila ada komunikasi dan koordinasi dengan semua pihat, baik dengan pimpinan, jajaran Kemenag di daerah dan masyarakat terkait. Untuk itu, sarana komunikasi (seperti HandPhone, Blakberry Messenger, Whatsapp) kita harus online selama 24 jam.

Para penghubung informasi ini sudah ditunjuk oleh pimpinan, dan diyakini bukan orang sembarangan, tetapi orang yang berkompeten dan kredibel.
(Pormadi, salah satu penghubung informasi)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, May 10, 2014

Siap Bertanggung jawab

Hari ini, Jumat, 9 Mei 2014 pukul 05.10 WIB, saya ditelpon dari Timika oleh R, bahwa mereka dan Direktur tidak dapat kamar. Lalu, saya jawab bahwa saya sudah konfirmasi ke pihak hotel bahwa kita pasti akan menggunakan hotel untuk melaksanakan kegiatan tokoh agama dan tokoh masyarakat keuskupan Timika dan Agats-Asmat di hotel Grand Tembaga Timika.

Lalu R memberikan telpon ke petugas hotel untuk mengkonfrontasikan jawaban saya dengan pihak hotel. Pihak hotel melalui suara seorang pria, mengatakan bahwa mereka kemarin sudah berusaha menelpon saya, tapi HP saya katanya tidak aktif. Saya jawab HP saya aktif 24 jam.

Selidik punya selidik, si pria dari hotel menanyakan ulang nomor hp saya, ternyata mereka salah menginput nomor HP saya. Satu angka paling belakang salah, makanya tidak bisa dihubungi.

Waduuhhhh, saya panik dan sangat menyesal, atas kejadian ini, lalu saya tegaskan bahwa pihak hotel harus cari solusi untuk masalah ini. Si pria tersebut mengatakan akan coba bicara dulu dengan teman-temannya.

Saya tunggu sampai beberapa lama, tidak ada telpon lagi, hingga pukul 10.00 WIB juga tidak ada lagi kabar dari Pihak Hotel dan pak R. Dalam pikiran saya, berarti sudah ada solusi.

Namun, pada pukul 11.00 WIB, saya telpon pihak hotel, yang menjawab telpon, Lusi, pihak hotel sudah coba hubungi hotel-hotel lain, emuanya penuh. Kata Lusi lagi, Pak R dan rombongan yang didampingi pak Edo, sudah mencari hotel tempat lain.

Saya merasa semakin panik dan bersalah atas kejadian ini. Pasti di Timika panitia, yang diketuai R sangat cemas dan kwatir mencari solusi atas masalah ini.

Beberapa saat kemudian, saya telpon R, tidak diangkat-angkat. Kemudian saya sms Y, bendahara juga sekian lama sms saya tidak dibalas.

Sms saya ke pak Y: "Met siang p.Yansen! Jadinya di hotel mana? Padahal saya udah konfirmasi dan tambah 1 kamar lagi beberapa hari yg lalu."

Lalu beberapa jam, lalu dibalas:" Kami Ini campuran Pak Pormadi, di hotel Ada sepuluh kamar Dan diwisma keuskupan sisanya. Yang mengurus hotel Dan wisma adalah Toni Sama Sihombing. Aku Sama Hajar nginap di wisma keuskupan. Sorry baru bls krn Aku baru bgn tidur."

Lalu saya sms lagi, "Nanti kegiatan: rencana dimana? Apakah bisa sistem pembayaran LS? Tks" namun tidak dibalas lagi.

Juga saya kirim pesan BBM ke H salah satu anggota panitia, "Bro, pertemuan dilaksanakan dimana jadinya?" Juga tidak ada balasan.

Akhirnya, muncul berbagai pikiran terkait akibat dari kejadian ini: mulai dari dimarahi panita, pak direktur, pak Dirjen dan semua orang kantor, dan kemungkinan resiko paling pahit yang akan dikenakan kepada saya.

Sesungguhnya, pada 14 April saya melakukan booking hotel Grand Tembaga Hotel. Kemudian pada 2 Mei saya memastikan bahwa kami akan menggunakan hotel tersebut, bahkan saya menambah 1 kamar lagi, dari 37 kamar menjadi 28 kamar. Saya heran, kok bisa hotel melakukan pembatalan sepihak. Lalu, pihak hotel tidak memberi nomor marketing manager, semua harus melalui resepsionis, mungkin jika diberi pihak marketing, kejadian ini tidak terjadi.

Tapi dengan segala resiko atas kesalahan saya dan dalam doa aku ucapkan, "saya siap bertanggung jawab" dalam status BBM saya. Semoga semuanya bisa bersikap adil dan bijaksana.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, April 23, 2014

Memandu Kegiatan Para Penyuluh Agama Katolik

Memandu sebuah pertemuan (foto: pormadi)
Pembuatan sebuah pedoman penyusunan laporan amat penting  bagi para penyuluh, terutama dalam era globalisasi sekarang ini. Adanya laporan pelaksanaan tugas selain menunjukkan akuntabilitas dan rasa tanggung jawab kinerja , juga untuk mencapai target angka kredit dan pelaksanaan tugas yang terukur, demikian kata

Pertemuanb para Penyuluh yang berlangsung, dari 24-27 Maret 2014 di Hotel Best Western Tangerang, Banten  dibuka oleh Direktur Urusan Agama Katolik, Fransiskus Endang, SH,MM dan ditutup oleh Bapak Drs. Agustinus Tungga Gempa, MM, yang saat itu sebagai Pgs. Dirjen Bimas Katolik.

Pertemuan  diikuti sebanyak 50 orang Penyuluh dari berbagai daerah di Indonesia dan pegawai Bimas Katolik Pusat. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk menyusun sebuah pedoman pembuatan laporan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai penyuluh agama di lingkungan Kementerian Agama RI sehingga ada kesatuan pemahaman dan pelaporan kegiatan penyuluhan.

Selain pejabat dari Bimas Katolik, Panitia Pertemuan ini menghadirkan narasumber Bapak Drs. Praptono Zamzam, MA, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama yang memaparkan materi tentang Pengembangan Kompetensi Penyuluh Agama. Selain itu, hadir juga Bapak M. Fayald, MA Kepala Seksi Penyuluhan pada Direktorat Pendidikan Agama Islam, yang membawakan materi Pelaksanakanaan Penyuluhan dan praktek pembuatan pelaporan penyuluhan dalam perspektif Penyuluh Agama Islam.

Sebagai output pertemuan ini, Konsep Pedoman Pembuatan Laporan Penyuluh Agama Katolik telah dihasilkan, direncanakan akan dijadikan menjadi keputusan Direktur Jenderal Bimas Katolik untuk digunakan sebagai pedoman bagi para Penyuluh Agama Katolik.

Saturday, March 08, 2014

Doa Lingkungan Prapaskah I: Dipilih untuk Melayani

Doa Lingkungan Prapaskah I: Dipilih untuk Melayani. Trimakasih Tuhan atas kasihMu, bimbing kami untuk melayaniMu dengan lebih baik lagi. AMIN

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, January 20, 2014

Istriku dapat marga, menjadi boru Naibaho

Pada tanggal 3 Januari 2014 lalu, saya bersama istri, Liong Kwei Cun, anak saya, Gilbert Benediktus Simbolon, pulang kampung ke Desa Bukit Baru, tepatnya di Barisan Gereja. Pada kesempatan itu,orang tua berharap agar istriku, yang beretnis Tionghoa, segera beroleh marga, agar selanjutnya dapat diadatkan. 

Harapan orang tua tersebut disepakatai dan ibu saya mengundang marga Naibaho, yang merupakan marga ibuku, untuk bersedia menerima istri saya menjadi anggota keluarga Naibaho. Kemudian acara diundangkan kepada semua hula-hula, anak dan boru. Acara berlangsung pada tanggal 3 Januari 2014.Berikut beberapa cuplikan acara adat tersebut.

Pemberian daging disertai permohonan 
untuk diterima dalam keluarga marga Naibaho

Pemberian ihan naniarsik: simbol penerimaan 
menjadi anggota keluarga disertai doa dan harapan 
agar menjadi keluarga bahagia


Pemberian ulos yang disertai doa agar memperoleh 
kesejahteraan dan keluarga bahagia
Berfoto bersama dengan keluarga marga Naibaho,
setelah sah diterima menjadi anggora keluarga marga Naibaho



Menjadi salah satu anggota keluarga dari  marga Naibaho


my photos


A part of my family

A part of my family