Selamat Datang!

Salam Blog ini berisi pengalaman atau perjalanan dimana kami terlibat atau ikut serta ketika ada acara di kantor atau acara sekitar keluarga. Hanya berbagai saja, barang kali ada manfaatnya bagi pembaca. Trimakasih GBU

Monday, April 17, 2006

UNGKAPAN HATI MANTAN FRATER, MASIH DIPANDANG SEBAGAI ASET GEREJA?

UNGKAPAN HATI MANTAN FRATER, MASIH DIPANDANG SEBAGAI ASET GEREJA?

Ketika saya sudah menjadi mantan frater, saya bertemu dengan teman-teman yang menjadi mantan room/ frater/ suster di ibukota, Jakarta. Pada umumnya mereka merasa “dibuang” atau dipandang sebelah mata oleh teman yang menjadi bagian dari hidup mereka ketika dulu masih bersama di dalam biara/ rumah. Saya terkejut dan prihatin, apakah mereke/ kami masih diakui eksistensi kami di Gereja? Bukankah kami bisa menjadi aset Gereja ketika berkarya di tengah masyarakat?

Tidak sedikit para mantan keluar dari rumah pendidikan atau biara secara baik-baik. Artinya mereka mengundurkan diri secara sopan. Dengan kata lain ‘permisi’ kepada pimpinannya, sebelum meninggalan “keromoannya, kefraterannya, kebruderannya, atau kesusterannya”.

Kami/ mereka seringkali dipandang sebelah mata ketika bertemu dengan para romo/ suster di paroki mereka berada. Kalau romonya sudah memandang dengan sebelah mata, biasanya umat juga memandang sebelah mata.

Lain lagi, kasus seorang teman yang sudah dua tahun menjadi mantan frater, dia mengaku tidak dianggap orang ketika ingin temu kangen dengan para teman seangkatan ketika masih di Seminari Tinggi. Malahan teman yang sudah menjadi romo, mengernyitkan kening/ dahi didatangi mantan temannya.

MEMANG, tidak semua teman, kongregasi, ordo, tareka yang memandang sebelah mata para “saudara” mereka yang sudah menjadi mantan. Ada satu tarekat sejauh saya tahu, yang measih memperhatikan atau masih menganggap anggotanya sebagai “saudara”. Tarekat tersebut, memberikan tawaran pekerjaan atau sutdi karena memiliki daya intelektual yang cukup, meskipun diketahui seseorang itu akan keluar dari tareka.

Perhatian tersebut menjadi kekuatan baru untuk bisa mengabdi Gereja dengan kembali menjadi “awam” di tengah umat. Mereka yang diperhatikan tersebut bisa berkarya dengan menjadi garam dan terang dunia, serta menjadi tokoh awam penting yang disegani dan dibutuhkan umat. Barangkali sebagai contah tak usah disebut di sini.

Para mantan/ kami di luar tareka tersebut, memang tidak meminta untuk dicarikan pekerjaan/ atau distudikan, mungkin karena memiliki kemampuan intelektual. Kami hanya mau dipandang sebagai orang, atau bagian dari Gereja. Sekurang-kurangnya dianggap sebagai orang yang masih bisa mengabdi Gereja dengan cara berbeda.

Barangkali, citra para mantan identik dengan skandal, kasus negatif, pembangkang dan parasit yang mengelabui mata para atau cara pandang para teman kami yang masih dalam biara atau di dalam hirarki terhadap semua mantan. Tetapi apakah semua para mantan menjadi mantan karena citra negatif tersebut? TIDAK. Kebanyakan para mantan mengaku bahwa ke-keluar-an mereka dari biara adalah karena sudah menemukan jalan yang tepat dan berdaasar atas suka rela dan bebas, dan tidak mau memaksa diri di dalam. Mereka tidak mau tertekan batin di dalam rumah lama mereka.

Setelah di luar, para mantan memang merasakan beratnya perjuangan memulai hidup baru. Ada yang luntang-lantung ke sana ke mari mencari pekerjaan. Bahkan ada yang diperlakukan tidak manusiawi ketika mencoba melamar pekerjaan. Namun, yang lebih pahit adalah ketika mereka ditolak oleh para “saudara” yang makan dan minum semeja dan tidur se rumah.

Perjalanan pahit tersebut menjadi cambuk dan menguatkan iman untuk mengabdi Gereja di tengah masyarakat. Namun, mereka sering kali mereka tidak dianggap lagi atau dipandang sebelah mata. Sebenarnya, bukankah para mantan bisa menjadi aset/ tokoh Gereja yang menjadi garam dan terang dunia dengan bekal pendidikan filsafat dan teologi serta pendidikan kepribadian yang diperolehnya?

Tulisan seorang mantan frater

6 comments:

gadisenja said...

Salamkenal sebelumnya...
nama saya lia say tertarik mencari cerita kehodupan mantan frater dari search engin dan saya menemukan renungan saudara Pormadi. Sebenarnya maksud saya melihat2, karena saya punya cowok yang sampai sekarang masih frater. Belakangan ini, para pembesarnya sudah mengetahui hubungan kami. Bisa jadi dia akan dikeluarkan atau saya yang akan ditingalkan. Gereja,... saya sudah tidak ke gereja lagi. Karena suara perempuan seperti saya tidak akan didengarkan. Yang dinyatakan seakan2 hanya terdengar sebagai pengumbaran aib atau fitnah saja. Perempuan, apa dan siapa sih di mata gereja? Maaf, kalimat2 saya bernada curhat di saudara. Dalam hati, saya pikir saudara bisa mendengarkan sejenak. Tapi kalupun tidak, pun tak mengapa. Merci beaucoup.
"Plaisir d'amour ne dure qu'un moment, mais chagrin d'amour dure toute la vie", n'est ce pas?

Pormadi Simbolon,SS said...

Hello gadis senja, trima kasih atas komentar anda. Saya bisa memahami curhat kamu. Bukankah aku juga curhat mengenai apa saja yang saya alami kepada semua orang...?

Just Little Cizca said...

Dear Pormadi....

Saya sisca
saya pencinta karmelit...
Sering mencari web2 atau blog2 dr para karmelit.

Mulai dr O.Carm hingga saudara termuda kita yg sedang menunggu "kepastian" Asosiasi Publik CSE.

Saya justru sangat mengagumi seseorang seperti kamu yg berani mengambil keputusan keluar dan memilih cara hidup yg memang kamu mampu menjalaninya.

Tanpa kemunafikan dibalik jubah, atau kelembutan yg dibuat-buat.
Beberapa kawan saya mantan karmelit memang ada berbagai rupa dan sikap stlh mereka bukan lg frater.

Tp apapun itu, saya sangat mencintai Karmelit dan yg pernah mencicipi indahnya hidup sebagai seorag Karmelit.

Saya menunggu artikel2 mu yg bs diagikan.

Jesus loves u

Just Little Cizca said...

Kepada Gadis Senja.

Kalau kamu mengunjungi lg blog saudara kita ini, semoga kamu membaca komen yg saya post ini.

Saya pernah berpacaran dengan seorang Frater Karmelit (ordo tdk bs saya sebutkan) tp dia karmelit jg.

Dia tahbis bulan Agustus lalu dan sekarang sdh menjadi seorang Imam.
Tidak ada yg lebih membahagiakan selain melihat dia akhirnya tiarap di litani Para Kudus.

Selama kami berpacaran, kami sangat menyadari keberadaan masing2
Seluruh teman2 MUDIKA tau hubungan kami, bahkan Romo Pengakuannya pun sangat hafal akan tempat berkencan kami.

Puji Tuhan, kami sama sekali tidak dikucilkan, walaupun tidak sedikit yg mencibir pada saya (tentunya di cap sbg penggoda kaum klerus).

Apakah pacar kamu itu sdh berterus terang kpd bapa pengakuannya atau Pastor pendampinganya?
Krn dgn berterus terang dia akan lebih mengetahui arah panggilannya.

Bukankah lbh baik jika hubungan kalian diketahui oleh pendampinganya? Gereja tentunya bijaksana menanggapi gadis2 seperti kita, orang2 tertentulah yg justru tidak tahu apa2 yg sering menanggapi salah.

Kalau krn hubungan kalian kamu justru meninggalkan Gereja, betapa menyedihkannya.

saya sendiri menjadi sangat mencintai Gereja dengan berpacaran dgn seorang Frater.

Semoga air mata bahagia saya ketika melihat seorang muda berjanji setia pd Tuhan di hari Tahbisan bisa dialami kamu jg.

Jesus Loves u.

http://justlitllecizca.blogspot.com

Anonymous said...

saat ini saya sedang dengan seorang frater, yang baru saja dikeluarkan dari seminari. Sungguh demi Tuhan saya tidak tahu ihwal penyebab dia dikeluarkan. Kemudian kami yg awalnya jarang sekali berkomunikasi mulai berkomunikasi dgn BBM, nonton , makan dll. Saya akui saya memang menyukai dia, akan tetapi saya menyadari bahwa dia adalah seorang calon imam yg hidupnya hanya untuk Tuhan akhirnya saya memutuskan untuk mengubur perasaan saya. Bahkan saya juga berdoa novena dan devosi kepada Bunda Maria agar dia ttap setia pada imamatnya. Namun Tuhan berkehendak dia dikeluarkan, ketika saya mengetahui berita itu sayashock dan tidak tahu harus berkata apa.

Ketika dia dikeluarkan dari seminari dia curhat kpd saya, jujur saya tdk bisa menolak apalagi menjauhi dia karena saya ingin membantunya, akan tetapi ketika teman saya berpendapat bahwa ada kemungkinan saya juga ikut andil dalam masalahnya saya berpikir untuk menjaga jarak dan menjauhi dia.
Hanya saja ketika saya menjauhi dia dan semakin berusaha menjauhi dia, saya merasa Tuhan selalu saja mempertemukan saya dengan dia kembali, entah tiba2 dia yang menghubungi saya lagi atau ketika bertemu di gereja.

Saya juga mulai merasakan ketika org2 mulai menganggap saya penyebab dia dikeluarkan, padahal saya benar2 tidak tahu masalah yg sebenarnya. Setiap kali saya bertanya dia selalu saja mengalihkan pembicaraan. Saya tidak masalah dg anggapan org2 ttg saya, tetapi saya tidak mau dia dikucilkan umat.

Terus terang saya tidak tahu harus bagaimana? Apakah saya benar2 harus menjauhi dia dan bersikap tidak lagi mau mengenal dia.

Anonymous said...

Saya salah satu mantan biarawan karmelit, khususya CSE. Sebelumnya sudah 4,5 tahun saya bekerja di sebuah perusahaan. Kemudian karena terpesona oleh kebaikan Tuhan yang mempertobatkan saya, pada akhirnya saya pun bergabung dengan CSE. Sudah 6 tahun saya bergabung dalam kongregasi ini. Namun saya difitnah sebagai pemberontak dan pemecah belah oleh beberapa imam sesama saudara di dalam kongregasi ini. Awalnya saat dipanggil pimpinan saya tidak berani untuk membantah, karena saya sangat mencintai pangiilan saya... tapi nyatanya sikap diam saya juga tidak mampu menyelamatkan panggilan saya. dan akhirnya saya diperkenankan untuk perpanjang kaul. Saya begitu terluka, dan sulit untuk bangkit, seakan2 telah kehilangan segala-galanya. Untungnya saya masih memiliki iman, kalau tidak saya sudah memilih untuk mati.

my photos


A part of my family

A part of my family