Selamat Datang!

Salam Blog ini berisi pengalaman atau perjalanan dimana kami terlibat atau ikut serta ketika ada acara di kantor atau acara sekitar keluarga. Hanya berbagai saja, barang kali ada manfaatnya bagi pembaca. Trimakasih GBU

Monday, April 17, 2006

Ungkapan Hati Mantan Frater (2)

Ungkapan Hati Mantan Frater (2)

Saya sedih membaca kesimpulan Yoseph Pati Mudaj dalam menanggapi “Ungkapan Hati Frater (1)” (Hidup Edisi 24 Januari 2005). Ia menyimpulkan kurang lebih bahwa para mantan yang mengungkapkan isi hatinya adalah persoalan antar oknum dan bukan dalam hubungannya dengan anggota komunitas biara/ seminari.

Namun saya coba memahami tanggapan tersebut dengan baik. Saya tidak tahu apakah anda (Yoeph P.M.) sedang memilih jalan hidup bakti/ biarawan atau jalan hidup awam. Mungkin anda perlu memahami lebih dalam lagi kenyataan yang sebenarnya.

Sebutan “OKNUM” oleh Yoseph Pati Mudaj merupakan pemojokan atau pe-redusir-an arti penting peran para mantan dalam Gereja terlepas dari aneka alasan yang menyebabkan mereka menjadi mantan atau gagal dalam biara/ seminari terlebih kepada mereka yang keluar karena “aib”.

Boleh-boleh saja orang mencap para mantan “gagal atau tidak berhasil berjuang” di dalam biara, namun yang jelas mereka yang mantan sudah menemukan jalannya yang benar atau kembali ke jalannya yang normal. Mereka merasa lebih baik memutuskan memilih jalan lain di luar biara daripada menjadi “virus pembusukan” di dalam biara/ seminari.

Ada beberapa pertanyaan reflektif yang penting diketahui: apakah dengan “gagalnya” para mantan di biara/ seminari berarti mereka seenaknya saja disebut oknum?; apakah dengan kegagalannya di dalam biara atau sukses/gagal di luar biara, mereka harus “diasingkan atau dibuang”?

Barangkali, lebih banyak lagi oknum (kalau sepakat pada sebutan yang sama) terselubung dan tertutupi oleh jubah indah serta ngotot mempertahankan diri dalam biara/ seminari karena “takut” memilih jalan lain(?) Yang lebih memprihatinkan lagi, berapa banyak oknum tersebut mengelabui dan mengecewakan banyak umat yang dilayaninya? Semoga ini menjadi perenungan bersama. Terima kasih.

Sekali lagi, tulisan ini tidak bermaksud menyinggung perasaan siapapun/ pihak mana pun, selain hanya sebagai ungkapan hati manta frater. Ada kata-kata bijak, hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dihidupi. Biarpun jalan hidup yang kita pilih berbeda, entah dengan menjadi awam atau dalam jajaran hidup bakti, namun semuanya baik dan indah. Mari kita bekerja bersama-sama dan memberi pengabdian sejati dalam menjadi garam dan terang dunia dan membangun Gereja tercinta.

Permadi Simbolon

1 comment:

ratna said...

Salam kenal dari saya.

Saya salut dengan keterbukaan Anda. Tidak mudah berbagi dalam hal yang sangat pribadi, terutama menyangkut panggilan hidup. Saya sendiri banyak berteman dengan para romo, termasuk mantan seminaris. Sehingga saya bisa memahami pilihan2 yang berbeda. Klerus kan manusia juga.

Menurut saya, panggilan sebagai awam pun juga tidak mudah. Menjadi setia pada satu orang sampai maut memisahkan,waaah.. gak mudah. Gak bisa minta pindah paroki atau pindah kota seperti klerus. Paling-paling cuma bisa pisah kamar. Mereka yang tidak setia dengan sakramen pernikahan, lebih kejam lagi statusnya karena "ex communio".

Saya sendiri adalah produk seminaris yang dikatakan orang 'gagal'. But I love my father so much, he is my hero. Untung saja (alm) bapak tidak meneruskan panggilannya menjadi imam. Kalau beliau jadi imam, maka saya gak tahu ada dimana saya nantinya. Gak ketemu suami dan anak-anak tercinta .

Teruskanlah tapaki kehidupan ini dengan iman yang teguh. Allah tetap setia menemani penziarahan kita. Immanuel.

www.ratnaariani.wordpress.com

my photos


A part of my family

A part of my family